Jumat, 15 Agustus 2008

cerita

Kalau ada pertanyaan, di manakah rumah kupu-kupu, pasti yang ada dalam bayanganmu adalah sebuah taman yang luas dengan aneka macam bunga warna warni yang semerbak harumnya. Di taman tersebut, kupu-kupu akan sangat betah untuk tinggal di sana kaerna mereka bisa loncat ke satu bunga ke bunga yang lain sesuka hati untuk bermain dengan putik dan benang sarinya.
Dan tahukah kamu bahwa di dekat rumahku, ada sebuah tempat yang merupakan rumah dari kupu-kupu kuning. Jumlahnya banyak… sekali! Anehnya, tempat tersebut bukanlah berupa taman yang luas seperti yang ada dalam bayangan kalian itu, lho! Rumah kupu-kupu kuning yang jumlahnya banyak itu justru berada di sebuah pohon besar!
Aku tidak tahu nama pohon itu apa. Karena setelah kutanya kepada mama dan papaku, mereka pun tidak tahu nama pohon tersebut. Jadi, kupastikan saja untuk menamai pohon tersebut dengan pohon kupu-kupu.Nah, pohon kupu-kupu itu tingginya sebesar… sebesar apa ya? Uhm, pokoknya dengan rumahku yang dua tingkat itu, pohon tersebut masih agak tinggi sedikit lagi. Jadi bayangkan saja, pohon itu benar-benar tinggi ya?
Awalnya aku sendiri bingung, kenapa pohon itu begitu disukai oleh kupu-kupu. Ternyata ketika aku mengamati ke sekeliling pohon tersebut, aku menemukan begitu banyak bunga-bunga kecil berwarna kuning yang berasal dari rerumputan di sekitar pohon tersebut.
Setelah kuamati lagi, beberapa pohon di sekitar pohon kupu-kupu itu juga mengeluarkan bunga yang berwarna kuning. Coba kamu bayangkan, betapa cantiknya pemandangan di tempat itu dengan banyaknya bunga berwarna kuning yang bermunculan serta kupu-kupu yang juga berwarna kuning dan sedang asyik beterbangan.Anehnya di antara banyak tanaman yang sedang begitu senangnya mengeluarkan warna kuning itu bermunculan, pohon kupu-kupu itu sendiri tidak memiliki bunga sama sekali. Tapi, kupu-kupu justru suka untuk tinggal di sana.
Ah, daripada pusing memikirkan alasan kenapa pohon tersebut disukai oleh banyak kupu-kupu, lebih baik aku duduk saja di bawah pohon tersebut sambil memandang ke atas. Senang rasanya menyaksikan banyak kupu-kupu beterbangan di mana-mana.
Tiba-tiba, terdengar suara batuk dari seorang wanita yang cukup keras. Aku cukup terkejut. Apalagi setelah aku menoleh ke sana ke mari, tidak kutemukan siapapun yang sedang berada di dekatku. Lalu, siapa ya yang tadi sudah batuk cukup keras?
“Hai gadis cilik, apakah suaraku cukup menakutkanmu?” sapa suara itu tadi yang jelas-jelas makin membuatku ketakutan. Namun belum sempat aku melarikan diri, suara itu kembali menyapaku.
“Jangan takut, suara yang sedang kau dengar ini berasal dari aku, si pohon besar yang engkau juluki pohon kupu-kupu.”Aku mengehela nafas lega. “Hai Bu Pohon Kupu-kupu, engkau memang cukup mengagetkanku,” kataku sambil tersenyum.
“Maafkan aku gadis cilik, tapi aku sudah tidak tahan untuk ingin memberitahukanmu mengapa begitu banyak kupu-kupu yang tinggal di tubuhku. Kau tentu ingin tahu bukan?” tanya Bu Pohon Kupu-kupu.
Aku mengangguk dengan mata mengerjap-kerjap. Wah… sebentar lagi aku bisa tahu rahasia itu, bisikku dalam hati.
“Sejak dulu, aku memang ditakdirkan untuk tidak memiliki bunga. Rasanya tentu sedih sekali karena aku tidak bisa secantik tumbuhan lain yang bisa bangga dengan bunga-bunganya. Meski demikian, aku berjanji akan menjadi pohon yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena itulah aku membuat tubuhku tinggi besar dan rindang agar manusia pun suka berteduh di bawah tubuhku.”
Bu Pohon Kupu-kupu itu terus menceritakan kisahnya kepadaku. “Mungkin karena itulah akhirnya Tuhan memberikanku kesempatan untuk bisa tampil cantik. Ia menjadikan kulit batangku nyaman untuk para kupu-kupu membuat rumah dari bahan kulit pohonku. Jadi begitu ceritanya…”
Aku jadi senang mendengar cerita Bu Pohon Kupu-kupu. Pantas saja ia diberi anugerah seperti itu. Dia sudah bersikap baik sih kepada manusia.
Saat sedang melamun memikirkan cerita Bu Pohon Kupu-kupu, tiba-tiba sebuah tangan mengguncang bahuku hingga membuatku terkejut. “Wah, kamu begitu keasyikan tidur ya sampai tidak mendengarkan suara mama yang sibuk mencarimu. Ayo pulang dulu, hari sudah sore nih,” Mama mengingatkan.
Mataku mengerjap-kerjap mencoba bangun. Olala, ternyata tadi itu aku keasyikan tertidur. Pantas saja aku sampai bermimpi mendengar pohon yang bisa bicara. Ah tapi setidaknya aku jadi tahu, bagaimana cerita pohon kupu-kupu tersebut bisa seperti sekarang.

Tidak ada komentar: