Jumat, 15 Agustus 2008

ceritera anak

Suatu ketika, Anna disuruh oleh ibunya untuk mengantarkan bahan makanan kepada neneknya yang sedang sakit dan tinggal di seberang hutan. Karena hari cukup terik panasnya, maka Anna pun berangkat mengenakan topi berwarna merah yang selalu dipakainya.
Topi itu sendiri sudah berusia satu tahun lamanya menemani Anna. Sebagai sebuah topi, topi milik Anna ini cukup melindungi pemakainya dari sengatan matahari.
Sayangnya, Anna kurang berterimakasih terhadap topinya tersebut. Misalnya seusai ia mengenakan topinya, Anna akan langsung mencampakkannya begitu saja di sembarang tempat. Untung saja Anna memiliki seorang ibu yang begitu sabar untuk selalu mengingatkannya agar menyimpan dengan baik topi milik putrinya tersebut. Dan meskipun seringnya ucapan sang ibu tersebut tidak dihiraukan oleh Anna, sang ibu ini selalu menyimpankan topi milik putrinya ke tempat yang seharusnya.
Jadi jangan bertanya kepada Anna bagaimana ia selalu merawat topinya. Karena untuk menyimpan dengan baik saja, Anna tidak pernah melakukannya!
Mari kita kembali kepada cerita bagaimana Anna berjalan melewati hutan untuk menuju rumah neneknya. Pada hari itu, topi yang dikenakan Anna sedang mengalami puncak kemarahan. Ini dikarenakan ia sudah cukup lama begitu kesal karena tidak dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Apalagi pada pagi itu, ketika Anna mengambilnya untuk dikenakan di kepalanya, si topi bangkit dari tidurnya dalam kondisi kusut terlipat-lipat. Belum lagi tubuhnya yang kotor karena Anna telah melemparnya ke sudut ruangan yang penuh dengan sarang laba-laba.
Saat berada di dalam perjalanan, topi milik Anna ini disapa oleh angin yang sedang melintasi hutan untuk berhembus. “Hai,” sapa angin.
Bukannya membalas sapaan ramah dari angin, topi milik Anna ini malah memasang muka cemberut.
“Aduh, kamu ini bagaimana sih?! Disapa baik-baik kok malah diam saja mengacuhkanku. Memangnya ada masalah apa? Ah, sayang sekali di hari yang begitu terang indah bersinar ini, engkau malah memasang tampang tidak mengenakkan,” protes angin yang juga penasaran dengan muka cemberut dari si topi.
“Aku ini sedang kesal! Selama setahun, pemilikku ini tidak pernah merawatku dengan baik. Padahal kan aku sudah menjaga dan menemaninya dengan baik dari terpaan sinar matahari yang menyengat kala akan mengenai wajahnya. Eh… si Anna ini malah dengan seenaknya mencampakkanku ke sembarang tempat setelah memakaiku!” gerutu si topi.
“Aduh, kasihan sekali dirimu ini. Padahal dalam bayanganku, kamu pastinya cukup bahagia karena bentuk dan warnamu mirip dengan milik si topi merah yang sudah terkenal itu lho!” ujar angin keheranan.
Ah, siapa yang bilang?! Meski bentuk dan warnaku sama, tapi nasib kami jauh berbeda. Aku jadi bosan dan menyesal telah sekian lama menemani Anna menjadi topinya,” keluh topi milik Anna.
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya?”
“Aku ingin pensiun! Jadi, bisakah kau menolongku wahai angin yang baik hati?”
“Menolongmu? Uhm, apa yang bisa aku tolong?” tanya angin.
“Hembuskan saja angin kencang ke arahku. Aku akan sangat berterimakasih sekali jika engkau bisa menerbangkanku ke suatu tempat.”
Angin pun kemudian berpikir sejenak. Baiklah kalau itu maumu. Aku akan meniupmu sehingga engkau bisa terbang ke suatu tempat yang kau inginkan.
Topi milik Anna pun tersenyum senang. “Terimakasih sekali karena engkau mau menolongku,” ujar si topi.
Maka kemudian berhembuslah angin kencang yang membuat topi milik Anna itu terbang tinggi hingga tak dapat tersentuh dan terkejar oleh Anna. Anna yang sedang berjalan pun sempat terkejut saat mengetahui topinya terbang ditiup angin.
Karena tak dapat meraihnya, Anna pun menyerah dan memilih untuk meneruskan perjalanan. Ia takut jika nantinya terlalu lama di dalam hutan hingga kemalaman untuk sampai di rumah neneknya.
Dan saat melewati area padang rumput yang luas, Anna tidak mampu menghindari panas matahari yang menyengat wajahnya. Peluh pun becucuran jatuh dari keningnya. Tak ayal, wajah Anna menjadi terlihat lebih lelah.
Sebetulnya, Anna cukup menyukai topi miliknya tersebut. Apalagi topi itu berasal dari sang nenek yang telah memberikan kepadanya. “Kelak, nenek ingin engkau menjadi seperti Si Topi Merah yang pemberani itu! Jaga dan rawat topi ini baik-baik ya,” begitu pesan sang nenek saat memberikan topi tersebut.
Dan seketika, terbersit dalam pikiran Anna rasa menyesal karena telah tidak pernah menjaga topi miliknya tersebut dengan baik. Kini, ia harus kehilangan topi kesayangannya tersebut yang entah sekarang di mana.
“Kira-kira seperti apa ya nasib topi tersebut kini? Siapa ya yang menjadi pemiliknya sekarang?” demikian batin Anna sembari terus memikirkan topi miliknya.
Sementara itu bagaimana nasib topi milik Anna berikutnya? Angin yang menerbangkan topi milik Anna tersebut akhirnya membawanya ke rumah di tepi hutan yang lain. Di rumah tersebut, tinggallah seorang gadis cilik yang sedang begitu menginginkan sebuah topi. Namun karena orangtuanya belum mampu membelikannya, maka gadis cilik itu pun hanya bisa menunggu.
Saat ia menemukan topi yang diterbangkan oleh angin dan tergeletak di bawah pohon, maka giranglah hati si gadis cilik tersebut. Kini, topi tersebut menjadi milik gadis cilik tersebut. Karena ia rajin merawatnya, maka si topi itu pun betah dan berada dalam kondisi yang tahan lama.

Tidak ada komentar: