Jumat, 25 Juli 2008

All About Andropause

PENURUNAN kadar testosteron pada pria usia lanjut dapat menyebabkan andropause. Hal itu menyebabkan pelbagai perubahan seperti mudah letih, lesu, lemah, kaku pada otot, sendi dan tulang, mengalami osteoporosis, rambut rontok, kulit kering, gairah seksual menurun, penis mengecil, bahkan bisa terjadi impotensi dan masalah sirkulasi darah. Akibatnya timbul rasa cemas, kurang percaya diri, sulit tidur, mudah marah, yang berlanjut dengan depresi.Hal itu dikemukakan Pprof Dr dr Nukman Moeloek Sp And, Kepala Bagian Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam seminar “Tunda Proses Penuaan: Tetap Muda di Usia Tua” yang diselenggarakan Bagian Biologi Kedokteran, Sabtu (8/9) di Jakarta. Pembicara lain adalah Prof dr Nana Suhana, Dr dr Alexander J Hukom SpKJ SpS, Prof Dr dr Aryatmo Tjokronegoro SpAnd, dan Dra Tieneke Syaraswati MS Educ MFil.Testosteron, hormon yang diproduksi di testis dan kelenjar adrenal berfungsi dalam pembentukan sperma dan bersama hormon pria lain merangsang pematangan organ seksual, menyebabkan pembesaan laring dan penebalan pita suara sehingga suara menjadi rendah. Testosteron juga mempengaruhi aktivitas metabolisme dalam tubuh seperti produksi sel darah, pembentukan massa tulang dan otot, metabolisme lipid, metabolisme karbohidrat, fungsi hati, perkembangan kelenjar prostat, dan pertumbuhan rambut.Tak heran, berkurangnya hormon seiring pertambahan usia menyebabkan kondisi fisik merosot. Untungnya andropause terjadi perlahan-lahan dan mulainya sangat bervariasi. Ada yang mulai di usia 40-an, 50-an, 60-an, bahkan setelah 65 tahun.Istilah lain dari andropause adalah partial androgen deficiency in ageing male(PADAM) atau male menopause.Konsentrasi testosteronMenurut Nukman, pada sekitar umur 20 tahun pria mempunyai konsentrasi testosteron tinggi dalam darah, antara 800-1200 nanogram/desiliter. Konsentrasi ini dipertahankan sekitar 10-20 tahun. Setelah itu menurun sekitar satu persen per tahun, dan pada testosteron bebas terjadi penurunan 1,2 persen per tahun. Namun, hal ini bervariasi antara individu, tergantung dari pelbagai faktor.Kebanyakan testosteron dalam darah diikat oleh protein, hanya dua persen yang berasimilasi dengan sel tubuh. Protein yang banyak mengikat testosteron adalah sex hormone binding globin (SHBG). Jumlah protein ini meningkat sesuai pertambahan usia. Menurunnya konsentrasi testosteron atau meningkatnya SHBG berakibat sama, yaitu berkurangnya keperkasaan pria.Pada pria usia lanjut dengan hipogonadisme (penurunan konsentrasi testosteron dalam darah) dan kekurangan hormon pertumbuhan, terapi pemberian hormon testosteron dan hormon pertumbuhan akan memperbaiki komposisi tubuh, meningkatkan kekuatan otot serta kualitas hidup. Pada gilirannya mengurangi angka kesakitan dan angka kematian.“Terapi hormon membuat pria menjadi lebih bergairah, libido meningkat, dan masalah yang berkaitan dengan kondisi fisik seperti produksi sel darah merah, metabolisme, kekuatan massa otot dan tulang perlahan dapat diatasi. Namun, terapi harus dilakukan oleh ahli, karena rumit dan mempunyai efek samping, sehingga harus dipantau rutin,” papar Nukman.Cara pemberian testosteron antara lain dengan penyuntikan, krim/salep, implant (susuk), pil/kapsul serta semacam koyok. (atk)
Sumber : Kompas, Senin, 10 September 2001

Tidak ada komentar: