Kamis, 24 Juli 2008

Gangguan Mobilisasi

Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang.

Penyebab imobilitas fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal.

  • Faktor internal

1. penurunan fungsi muskuloskeletal

a. otot-otot (atrrofi, distrofi, atau cedera)

b. tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia)

c. sendi (arthritis dan tumor)

d. kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)

2. perubahan fungsi neurologis

    1. infeksi (mis.ensefalitis)
    2. tumor
    3. trauma
    4. obat-obatan
    5. penyakit vaskuler (mis. Stroke)
    6. penyakit demielinasi (mis. Sklerosis multiple)
    7. penyakit degeneratif (mis. Penyakit parkinson)
    8. terpajan produk racun (mis. Karbonmonoksida)
    9. gangguan metabolik (mis. Hipoglikemia)
    10. gangguan nutrisi
  1. nyeri

penyebabnya multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma.

  1. defisit perseptual

kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.

  1. berkurangnya kemampuan kognitif

gangguan proses kognitif, seperti demensia berat

  1. jatuh
    1. efek fisik : cedera atau fraktur
    2. efek psikologis : sindrom setelah jatuh
  2. perubahan hubungan sosial
    1. faktor-faktor aktual (mis. Kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-teman)
    2. faktor-faktor persepsi (mis. Perubahan pola pikir seperti depresi)
  3. aspek psikologis

ketidakberdayaan dalam belajar, depresi.

  • Faktor eksternal

1. program terapeutik

program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah baing, dan restrein.

a. faktor mekanis dan farmakologis : mencegah atau menghambat pergerakan tubuh dengan menggunakan peralatan eksternal (gips dan traksi) atau alat-alat ( yang dihuubuungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster, kateter urin, dan oksigen). Agen farmasetik seperti sedatif, analgesik, tranquilizer, dan anesteti yang digunakan unntuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi pergerakan atau menghilangkan secara keseluruhan.

b. Tirah baring dapat dianjurkan pada penanganan penyakit atau sekuela cedera. Istirahat dapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen, dan beban kerja jantung. Selain itu, istirahat memberikan kesempatan pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi, menghilangkan nyeri, mencegah iitasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek gravitasi.

c. Restrein fisik dan pengaman tempat tidur biasanya diunakan pada lansia yang diinstitusionalisasi.

2. karakteristik penghuni institusi

tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilaku.

3. karakteristik staff

tiga karakteristik dari staff keperawatan yang mempenaruhi pola mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan keperawatan untuk mencegah pengaruh imobilitas sangat penting untuk mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan mobilitas. Jumlah anggota staff yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia mempertahankan kemandiriannya harus tesedia untuk mencegah komplikasi imobilitas.

4. sistem pemberian asuhan keperawatan

alokasi praktek fungsional dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari imobilitas. Ketika perawatan dibagi menjadi tugas-tugas, keutuhan dan interaksi klien akan terabaikan.

5. hambatan-hambatan

hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam mengunakan alat bantu mobilitas tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya san daran untuk kaki. Seringkali rancangan asitektur umah saki atau panti jompo tidak memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap bergerak.

6. kebijakan-kebijakan institusional

praktek pengaturan formal dan informal mengendalikan keseimbangan antara pemeintah institusional dan kebebasan individu. Semakin ketat kebijakan, semakin besar efeknya pada mobilitas.

Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidakaktifan antara lain :

No.

efek

hasil

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Penurunan konsumsi oksigen maksimum.

Penurunan fungsi ventrikel kiri

Penurunan curah jantung

Penurunan volume sekuncup

Peningkatan katabolisme protein

Peningkatan pembuangan kalsium

Perlambatan fungsi usus

Pengurangan miksi

Gangguan metabolisme glukosa

Penurunan ukuran thoraks

Penurunan aliran darah pulmonal

Penurunan cairan tubuh total

Gangguan sensori

Gangguan tidur

Intoleransi orthostatik

Peningkatan denyut jantung, sinkop

Penurunan toleransi latihan

Penurunan kapasitas kebugaran

Penurunan massa otot tubuh, atrofi muskular, penurunan kekuatan otot

Osteoporosis disuse

Konstipasi

Penurunan evakuasi kandung kemih

Intoleransi glukosa

Penurunan kapasitas fungsional residual

Atelektasis, penurunan PO2, peningkatan pH

Penurunan volume plasma, penurunan keseimbangan natrium

Perubahan kognisi, depresi dan ansietas, perubahan persepsi

Bermimpi pada siang hari, halusinasi

PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan. Adapu peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan adalah sebagai berikut:

1.Pemberi perawatan langsung (care giver); perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami masalah terkait dengan kebutuhan keamanan.

2.Pendidik, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga agar klien dan keluarga melakukan program asuhan kesehatan keluarga terkait dengan kebutuhan keamanan secara mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masalah keamanan keluarga.

3.Pengawas kesehatan, perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan keamanan klien dan keluarga.

4.Konsultan, perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

5.Kolaborasi, perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang optimal.

6.Fasilitator, perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.

7.Penemu kasus/masalah, perawat mengidentifikasi masalah keamanan secara dini, sehingga tidak terjadi injuri atau risiko jatuh pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanannya.

Modifikasi lingkungan, perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

Tidak ada komentar: