Kamis, 24 Juli 2008

Keperawatan Gawat Darurat

TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FRAKTUR

Dosen Pengampu : Ridlwan Kamaluddin S. Kep., Ns

Oleh:

Kelompok IV

Ferry Okta N N1A005076 Aprilia Kartikasari N1A005081

Erna Tri Andini N1A005082 Encin Srikanti N1A005085

Cahyo Ismawati N1A005086 Siti Misaroh N1A005089

Ardiawati N1A005093 Anti Mugiarti N1A005097

Ika Bayu Septi N1A005102 Devi Aprilia N1A005106

Hening Wahyu Utami N1A005110 Riandina Ratna P N1A005114

Kustini N1A005115 Joko Tri Suharsono N1A005119

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2007

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur merupakan salah satu masalah kegawatdaruratan yang harus segera ditangani. Berbagai musibah bencana alam yang terjadi di Indonesia menuntut kita untuk belajar dan mencari tahu lebih dalam tentang penanganan medis bagi para korban.

Salah satu masalah yang sering dialami para korban adalah kasus patah tulang, selain luka-luka tentunya. Namun keterbatasan pengetahuan tentang bagaimana menolong korban patah tulang, membuat kita hanya bisa terdiam karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Disaat seperti itu, menunggu datangnya pertolongan dokter bukanlah hal yang bijak karena ada banyak hal yang terjadi (yang mungkin akan memperburuk kondisi si korban) karena tidak segera ditolong.

Masalah-masalah fraktur yang banyak terjadi antara lain adalah fraktur pada kaki dan tangan. Misalnya, pada bagian femur dan distal tangan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

B. ETIOLOGI

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

Etiologi berdasarkan jenis masing-masing fraktur:

1. Fraktur pada kaki

Hampir setiap tulang di kaki dapat mengalami patah tulang (fraktur).
banyak diantara patah tulang ini yang tidak membutuhkan pembedahan, sedangkan yang lainnya harus diperbaiki melalui pembedahan untuk mencegah kerusakan yang menetap. Di daerah diatas tulang yang patah biasanya membengkak dan nyeri. Pembengkakan dan nyeri bisa menjalar ke luar daerah patah tulang jika jaringan lunaknya mengalami memar. Patah tulang di dalam dan di sekitar pergelangan kaki paling sering terjadi jika pergelangan kaki berputar ke dalam sehingga kaki terputar ke luar atau pergelangan kaki berputar ke luar. Nyeri, pembengkakan dan perdarahan cenderung terjadi.
Fraktur ini bisa berakibat serius jika tidak ditangani dengan baik. semua fraktur pergelangan kaki harus digips. Untuk patah tulang pergelangan kaki yang berat, dimana tulang terpisah jauh atau salah menempel, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Fraktur tulang metatarsal (tulang pertengahan kaki) sering terjadi.
Penyebab yang paling sering adalah terlalu banyak berjalan atau penggunaan berlebihan yang menyebabkan tekanan tidak langsung. penyebab lainnya adalah benturan hebat yang terjadi secara mendadak. Untuk memungkinkan penyembuhan tulang, maka dilakukan imobilisasi dengan sepatu bertelapak keras. Jika tulang terpisah sangat jauh, mungkin diperlukan pembedahan untuk meluruskan pecahan-pecahan tulang yang patah.

Tulang sesamoid (2 tulang bulat kecil yang terletak di ujung bawah tulang metatarsal ibu jari kaki) juga bisa mengalami patah tulang.
fraktur tulang sesamoid bisa disebabkan oleh berlari, berjalan jauh dan olah raga (misalnya basket dan tenis). Menggunakan bantalan atau penyangga sepatu khusus bisa mengurangi nyeri. Jika nyeri berkelanjutan, mungkin tulang sesamoid harus diangkat melalui pembedahan.

Cedera pada jari kaki (terutama jari-jari yang kecil) sering terjadi, apalagi jika berjalan tanpa alas kaki. Fraktur simplek pada keempat jari kaki yang kecil akan sembuh tanpa perlu memasang gips. Dilakukan pembidaian jari kaki dengan pita atau velcro selama 4-6 minggu. Menggunakan sepatu beralas keras atau yang berukuran agak besar bisa membantu mengurangi nyeri. Biasanya fraktur pada ibu jari kaki (hallux) cenderung lebih berat, dan menyebabkan nyeri yang lebih hebat, pembengkakan dan perdarahan dibawah kulit.
Patah tulang hallux bisa terjadi karena kaki menendang sesuatu atau karena sebuah benda yang berat jatuh diatasnya. Perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki patah tulang hallux.

Fraktur patella pextra merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut pada kaki kanan.

Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat. Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama. Oleh karena itu, penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa.

2. Fraktur pada tangan

Kejadian fraktur Colles cukup tinggi, tetapi sampai sekarang masih banyak perbedaan mengenai klasifikasi, cara reposisi, metoda fiksasi, faktor yang mempengaruhi hasil akhir serta prognosis (Kreder dkk, 1996). Hasil yang baik dapat dicapai dengan diagnosa yang tepat, reposisi yang akurat, fiksasi yang adekuat serta rehabilitasi yang memadai. Reposisi tertutup biasanya tidak sulit, tetapi sulit untuk mempertahankan hasil reposisi, terutama pada fraktur kominutif (Linden dkk,1981; Manjas, 1996). Selama ini metoda fiksasi yang banyak dianut adalah dengan gips sirkuler 0, lengan bawah panjang sampai di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 pronasi, pergelangan tangan fleksi dan deviasi ulna seperti yang dianjurkan oleh Salter atau Walstrom yang dikenal dengan “Cotton Loader“ (Salter, 1984).

Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius masih disalah artikan sebagai dislokasi dari npergelangan tangan. Abraham Colles (1725 – 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel yang berjudul ‘On the fracture of the carpal extremity of the radius’. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama Abraham Colles (Appley,1995; Salter,1984).

Fraktur Colles’ adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan deformitas ke posterior, yang biasanya terjadi pada umur di atas 45-50 tahun dengan tulangnya sudah osteoporosis. Kalau ditemukan pada usia muda disebut fraktur tipe Colles’ (Appley, 1995; Jupiter, 1991; Salter, 1984).

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira 1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi otot brakhioradialis (Appley, 1995; Brumfeeld et al, 1984; Salter, 1984).

Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain :

a. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).

b. Ligamentum Carpaeum dorsale.

c. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.

d. Ligamentum Collateral.

C. PATOFISIOLOGI

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

Benturan pada tulang

Diskontinuitas tulang

Ganggguan integritas Nyeri hebat hilangnya fungsi pada

Jaringan bagian yang cedera

Fraktur tertutup Fraktur terbuka Nyeri Immobilisasi

Edema Tromboplebitis Perdarahan IntoleransiAAktifitas

Ggn Bodi Aterosklerosis - Kekurangan Vol. Defisit Perawatan Diri

Image Cairan

Ggn Vaskular - Resiko Infeksi

Ggn Integritas Kulit

D. KLASIFIKASI FRAKTUR

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:

1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

a. Fraktur komplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.

b. Fraktur inkomplit

Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).

Jenis fraktur

2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:

a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.

b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

- Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

- Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

- Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

3. Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:

a. Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek

b. Transverse yaitu patah melintang

c. Longitudinal yaitu patah memanjang

d. Oblique yaitu garis patah miring

e. Spiral yaitu patah melingkar

Jenis fraktur

Fraktur

4. Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:

a. Tidak ada dislokasi

b. Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

- Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut

- Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

- Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

- Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan memendek.

E. GAMBARAN KLINIK

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:

1. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.

2. Bengkak/edama

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

3. Memar/ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.

4. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.

5. Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.

6. Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

7. Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

8. Krepitasi

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.

9. Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

10. Shock hipouolemik

Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.

11. Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

F. KOMPLIKASI

Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:

1. Shock

2. Infeksi

3. Nekrosis divaskuler

4. Cidera vaskuler dan saraf

5. Mal union

6. Borok akibat tekanan

G. PENATALAKSANAAN

Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak.

Beberapa tindakan yang bisa dilakukan sebagai pertolongan awal untuk menangani korban luka patah tulang:

1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena; benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien mengalami patah tulang. Biasanya, pasien akan mengalami rasa nyeri yang amat sangat dan bengkak hingga terjadinya perubahan bentuk yang kelihatannya tidak wajar (seperti; membengkok atau memuntir).

2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan usahakan untuk menghentikan pendarahan dengan dibebat atau ditekan dengan perban atau kain bersih.

]Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula) namun hal ini tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli atau yang sudah biasa melakukannya.

3. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil.

Jenis-jenis fraktur reduction yaitu:

1. Manipulasi atau close red

Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.

2. Open reduksi

Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.

Fiksasi eksternal

Fiksasi internal

3. Traksi

Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu:

4. Skin traksi

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).

5. Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.

6. Maintenance traksi

Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.

BAB III

PENUTUP

Dari pembahasan mengenai fraktur diatas dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.

2. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: Fraktur akibat peristiwa trauma , fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan, fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

3. Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya

4. Fraktur dapat diklasifikasikan berdasar luas dan garis fraktur, hubungan dengan dunia luar, garis patah tulang, kedudukan fragmen

5. Gambaran klinik fraktur yaitu, adanya Nyeri, Bengkak/edama, Memar/ekimosis, Spame otot, Penurunan sensasi, Gangguan fungsi, Mobilitas abnormal, Krepitasi, Deformitas, Shock hipouolemik, Gambaran X-ray menentukan fraktur

6. Komplikasi dari fraktur antara lain, Shock, Infeksi, Nekrosis divaskuler, Cidera vaskuler dan saraf, Mal union, Borok akibat tekanan

7. Penatalaksanaan fraktur yaitu dengan cara: Manipulasi atau close red, Open reduksi, Traksi, Skin traksi, Skeletal traksi, Maintenance traksi

8. Masalah keperawatan yang mungkin muncul akibat adanya fraktur, yaitu Resiko syok hipovolemik, Gangguan perfusi jaringan, Gangguan mobilitas fisik, Nyeri, Resiko infeksi, Defisit self care, Gangguan body image.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2004. Patah Tulang. www.medicastore.com

Anonym. 2007. Fraktur dan penangannya. http://library.usu.ac.id/.

Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989.

Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.

Hudak and Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC

Nugroho B, Simbardjo D : Penanggulangan fraktur Colles di RSCM.September 1981 –Juli 1982. Makalah bebas Program Studi Ilmu Bedah Orthopaedi. FKUI/RSCM, 1982.

Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990.

Salter. Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983.

Tidak ada komentar: